Bismillah Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang jika diberi nikmat segera bersyukur, jika diberi cobaan senantiasa bersabar dan jika terjatuh pada dosa dan kesalahan segera bertaubat.
Sesungguhnya jika ada pada diri seseorang sikap bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar saat ujian melanda dan bertaubat ketika terjerembab dalam dosa maka yang demikian itu merupakan tanda kebahagiaan dan kemenangan serta kesuksesan baginya di dunia dan akhirat.
Seorang hamba tidak akan terlepas pada kehidupan dunia ini dari tiga hal di atas; mendapatkan nikmat, tertimpa musibah dan ujian serta tergelincir pada kesalahan.
🔳 MENDAPATKAN NIKMAT
Nikmat Allah akan senantiasa menghampiri para setiap hamba. Oleh karenanya sutu hal yang pantas bahkan wajib adalah bersyukur atas limpahan nikmat tersebut.
Bersyukur dengan mengakui dan meyakini bahwa semua itu semata-mata pemberian Allah, bukan dari siapapun.
Senantiasa menyebut nyebut nikmat tersebut termasuk bagian dari syukur. Yang tak kalah penting adalah memanfaatkan dan menggunakan nikmat yang ada untuk perkara yang mendatangkan keridhaan dari yang telah memberikannya, yakni Allah Azza wa Jalla.
Barangsiapa yang melakukan tiga hal ini :
Meyakini, menyebut nyebut dan memanfaatkan kenikmatan tersebut dengan baik, sungguh dia telah berupaya untuk bersyukur meskipun terkadang ada sedikit ketidaksempurnaan dalam menjalankan tiga hal tersebut.
🔳 TERTIMPA MUSIBAH
Perkara yang satu ini juga selalu menyapa.
Musibah dan ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang hamba. Maka dituntut darinya sikap sabar tatkala musibah menimpanya.
Bersabar dengan bentuk menahan jiwa dari sikap tidak ridha terhadap musibah yang telah ditakdirkan, menjaga lisan dari mengeluh dan menahan anggota badan dari perbuatan nista semisal menampar atau memukul-mukul muka, merobek baju, mencabut rambut dan yang lainnya.
Jika tiga hal ini dilakukan seseorang : menahan jiwa, menahan lisan dan menahan anggota badan maka sungguh dia telah berusaha bersabar.
Akhirnya, musibah akan pergi dan berganti dengan nikmat. Segala yang tidak disenangi akan berganti dengan yang disukai.
Sesungguhnya Allah tidaklah memberikan musibah kepada seseorang dalam rangka menyengsarakan dan membinasakannya.
Hanya saja Allah hendak menguji tingkat kesabaran dan penghambaan orang tersebut kepadaNya.
Allah hendak menguji bagaimana penghambaan orang tersebut tatkala dalam keadaan sempit dan susah.
Karena mayoritas hamba selalu memberikan penghambaannya pada saat yang menyenangkan dan lapang.
Maka dengan inilah akan terbedakan kedudukan hamba yang satu dengan yang lainnya di sisi Allah.
🔳 TERGELINCIR PADA KESALAHAN
Seorang hamba terkadang diuji dengan sikap lalai, hawa nafsu dan amarah.
Dari ketiga pintu inilah Iblis dan bala tentaranya menyerang meskipun hamba tersebut berusaha untuk menghadang.
Namun tetap saja kelalaian, hawa nafsu dan amarah mesti terjadi.
Bahkan nabi Adam yang termasuk makhluk terbaik tidak terlepas dari serangan Iblis.
Demikianlah Iblis, dia tidak mampu menguasai seorang mukmin kecuali jika mukmin tersebut lalai.
Akhirnya menyebabkan mukmin tersebut merasa bersalah dan merasa bahwa kehancuran akan menerpanya disebabkan kelalainya tersebut.
Namun, sesungguhnya di balik semua itu ada rahmat dan ampunan dari Allah.
Karena sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang, maka Allah akan membukakan baginya pintu taubat dan kemudahan melakukan amalan-amalan kebaikan.
Sebagian ulama menyatakan bahwa seorang hamba yang melakukan sebuah dosa ternyata justru memasukkannya ke dalam Surga. Adapula yang melakukan sebuah kebaikan namun justru memasukannya ke dalam neraka.
Dia berbuat dosa namun ternyata senantiasa dihantui rasa takut, menyesal dan penuh rasa malu kepada Rabbnya.
Maka dosa yang ia lakukan ternyata lebih membawa manfaat dari sekedar amalan ketaatan yang banyak. Dosa yang mengantarkan kepada rasa takut dan penyesalan.
Adapun yang melakukan kebaikan namun ternyata itu semua membuatnya takabur dan bangga diri justru akhirnya menyebabkan kehancuran dirinya sendiri.
Jika Allah menginginkan kebaikan pada orang jenis kedua ini, maka Allah akan timpakan padanya ujian dengan sesuatu yang dapat menjadikan dirinya tunduk dan rendah diri.
Namun jika Allah menginginkan sebaliknya, maka akan Allah biarkan orang tersebut beserta ketakaburannya dan inilah penelantaran yang membuahkan kehancuran.
(Dinukil dari kitab al Wabil ash Shayyib karya al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Qayyim al Jauziyyah rahimahullah)
Sumber : yuk-kenal-nu.net

No comments:
Write comments