Wednesday, 2 August 2017

Polemik di balik impor 75.000 ton garam dari Australia di era Jokowi

Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan menunjuk PT Garam (Persero) untuk melakukan impor garam sebanyak 75.000 ton. Langkah ini diambil karena stok garam dalam negeri mulai berkurang dan harga naik hingga dua kali lipat.
"Kami tugaskan PT Garam untuk melakukan importasi sebanyak 75.000 ton setelah melakukan berbagai pertimbangan, hasil duduk bersama antara kementerian yang di koordinasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang produksi dalam negeri," katanya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (28/7).
Direktur Jendral Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan menambahkan, penugasan impor kepada PT Garam dikarenakan kelangkaan garam konsumsi dan menurunnya produksi garam pada bulan Mei sampai Juli.
"Produksi pergaraman on farm garam rakyat di tambah PT Garam Mei sampai Juli totalnya 6.200 ton, kalau dibandingkan kondisi normal di mana per periode setiap tahun adalah 2 sampai 2,5 juta ton per bulan 166.000 ton untuk garam rakyat saja belum dengan PT Garam, inikan terlihat sangat jauh," katanya.
Agus, berharap setelah penugasan yang diberikan kepada PT Garam, setelah bulan Agustus produksi garam akan berangsur normal dan membaik. "Kami harap setelah agustus berangsur normal, jangan khawatir," pungkas Agus.
Namun, beberapa kalangan justru menilai langkah pemerintah ini merupakan bukan solusi yang tepat untuk memenuhi pasokan garam dalam negeri.
Sumber : Merdeka.com

No comments:
Write comments