Tuesday, 4 July 2017

CINTA YANG KANDAS OLEH EGO ORANG TUA DAN PERGAULAN

Kisah dua orang pelajar SMA
Rendi salah seorang pelajar di salah satu sekolah SMA di Kabupaten Pandeglang angkatan 1999. Dia menjalin asmara dengan salah satu siswi SMA  di daerah yang sama bernama Citra.

Rendi pada saat itu duduk di bangku kelas tiga dan Citra duduk di bangku kelas satu, dua insan itu menjalin asmara dari sejak 1 januari 1999. Dengan jalinan asmara, kedua pelajar ini sangat giat dan semangat belajar bahkan peringkat kelas selalu mereka dapat. Berarti dapat kita lihat pacaran tidak selanya membawa musibah disaat sekolah.

Rendi dan Citra tinggal di kampong yang berdekatan, jadi setiap pagi mereka berangkat kesekolah bersama. Pada saat itu belum musim nya bawa kendaraan pribadi (motor), mereka selalu naik angkot bareng dan selalu berpisah di pertigaan alun – alun Pandeglang. Pulang sekolah, mereka selalu bareng juga bertemu ditempat yang sama yaitu pertigaan alun – alun. Setiap hari selalu begitu selama satu tahun, karena posisi Rendi sudah kelas tiga dan sebentar lagi lulus dari bangku sekolah.

Saat Rendi sudah lulus, jalinan asmara mereka tetap berjalan namun cukup membuat pusing pikiran rendi lantaran susah untuk ketemu Citra karena orang tua yang tidak setuju. Namun rendi tidak kehabisan akal, Rendy setiap ingin ketemu selalu mengirim surat dulu ke kantor pos yang ditujukan ke sekolah dimana Citra belajar. Kenapa demikian, karena orang tua Citra protektid jadi Citra sangat jarang sekali bermain terkecuali teman sekolahnya main kerumahnya, itupun bukan pria melainkan perempuan.

(Baca : Cinta yang kandas oleh ego rang tua dan pergaulan Part II )

Kisah asmara mereka berjalan seperti kisa Romeo dan Juliet, sungguh butuh perjuangan. Tapi Rendi tidak mengeluh walaupun harus berhubungan Backstreet dengan Citra, karena dia sangat mencintai dengan setulus hati. Kenapa seperti itu, karena di benak Rendi memiliki pemikiran bahwa cinta itu butuh perjuangan dan harus diperjuangkan, dan cinta tidak membuat kita cengeng.

Hari demi hari mereka lewati seperti itu hingga Citrapu lulus dari bangku sekolah (SMA) dan hendak meneruskan sekolah keluar kota. Saat itu rendi masih menganggur belum mendapatkan pekerjaan. Tujuan Citra meneruskan kuliah diluar kota, bukan keinginan dari citra sendiri melainkan desakan orang tua, karena orang tuanya ingin Citra jauh dari Rendi.

Pada akhirnya Citrapun meneruskan sekolah ke Yogyakarta di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Walaupun jauh, tidak menyurutkan mereka menjalin berhubungan, asmara mereka terus terjalin walaupun harus dengan jarak jauh atau bisa dikatakan Long Distance Relationship (LDR). Setiap seminggu sekali Rendi mengirim surat ke Yogyakarta, Citrapun selalu membalas surat yang Rendi kirimkan.

Rendi sangat setia sekali menunggu Citra, namun apa yang terjadi sungguh membuat laki – laki ini hancur perasaan nya bagaikan kota hirosima dan Nagasaki di bom oleh sekutu.

Ternyata pergaulan di dunia kampus membuat Citra berubah. Biasa seminggu sekali citra membalas surat Rendi, karena kesibukan dengan teman – teman kampus dan lainnya Citra hanya dapat membalas surat dalam waktu sebulah hanya satu kali. Walaupun demikian, Rendi selalu husnudon (berbaik sangka) kepada kekasinya itu, rendi berpikir mungkin Citra banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan karena pelarannya beda dengan ditingkat SMA.

Dalam sebulan Rendi seperti biasa mengirimkan surat sebanyak empat kali, namun Citra hanya membalas satu kali. Ada apa dengan Citra, pasti semua orang bertanya seperti itu, karena mereka yang selalu romants dan selalu saling setia tiba – tiba berubah dari salah satu pasangan. Akhirnya Rendi mulai berpikir ada apa dengan pasangannya ini, rendi menanyakan dalam suratnya.
“Kenapa saying? Kamu sibuk yah, ko Cuma balas satu kali, biasanya setiap aku kirim surat kamu selalu membalasnya dengan cepat,” kata Rendi dalam suratnya.

Setelah sebulan, Citrapun membalas surat tercebut, isi dalam surat itu mengatakan, “Iyah saying aku sibuk, tau sendirikan kalo kuliah itu banyak tugas, belum lagi harus nyari buku sendiri ke perpustakaan. Terus udah dapet, harus di resum lagi, pokonya cape deh, maaf yah saying,” ungkap Citra dalam surat nya.

Dengan jawaban tersebut Rendi akhirnya mengerti apa yang dilakukan Citra selama kuliah di Yogyakarta. Padahal pada kenyataannya Citra tidak sesibuk itu, namun ada hal lain yang membuat Citra berubah…lanjut di Part II



No comments:
Write comments