Kisah dua orang pelajar SMA
Rendi salah seorang pelajar di
salah satu sekolah SMA di Kabupaten Pandeglang angkatan 1999. Dia menjalin
asmara dengan salah satu siswi SMA di daerah yang sama bernama Citra.
Rendi pada saat itu duduk di bangku
kelas tiga dan Citra duduk di bangku kelas satu, dua insan itu menjalin asmara
dari sejak 1 januari 1999. Dengan jalinan asmara, kedua pelajar ini sangat giat
dan semangat belajar bahkan peringkat kelas selalu mereka dapat. Berarti dapat
kita lihat pacaran tidak selanya membawa musibah disaat sekolah.
Rendi dan Citra tinggal di kampong yang
berdekatan, jadi setiap pagi mereka berangkat kesekolah bersama. Pada saat itu
belum musim nya bawa kendaraan pribadi (motor), mereka selalu naik angkot bareng
dan selalu berpisah di pertigaan alun – alun Pandeglang. Pulang sekolah, mereka
selalu bareng juga bertemu ditempat yang sama yaitu pertigaan alun – alun. Setiap
hari selalu begitu selama satu tahun, karena posisi Rendi sudah kelas tiga dan
sebentar lagi lulus dari bangku sekolah.
Saat Rendi sudah lulus, jalinan
asmara mereka tetap berjalan namun cukup membuat pusing pikiran rendi lantaran
susah untuk ketemu Citra karena orang tua yang tidak setuju. Namun rendi tidak
kehabisan akal, Rendy setiap ingin ketemu selalu mengirim surat dulu ke kantor
pos yang ditujukan ke sekolah dimana Citra belajar. Kenapa demikian, karena
orang tua Citra protektid jadi Citra sangat jarang sekali bermain terkecuali teman
sekolahnya main kerumahnya, itupun bukan pria melainkan perempuan.
(Baca : Cinta yang kandas oleh ego rang tua dan pergaulan Part II )
(Baca : Cinta yang kandas oleh ego rang tua dan pergaulan Part II )
Kisah asmara mereka berjalan
seperti kisa Romeo dan Juliet, sungguh butuh perjuangan. Tapi Rendi tidak
mengeluh walaupun harus berhubungan Backstreet dengan Citra, karena dia sangat
mencintai dengan setulus hati. Kenapa seperti itu, karena di benak Rendi memiliki
pemikiran bahwa cinta itu butuh
perjuangan dan harus diperjuangkan, dan cinta tidak membuat kita cengeng.
Hari demi hari mereka lewati
seperti itu hingga Citrapu lulus dari bangku sekolah (SMA) dan hendak
meneruskan sekolah keluar kota. Saat itu rendi masih menganggur belum
mendapatkan pekerjaan. Tujuan Citra meneruskan kuliah diluar kota, bukan
keinginan dari citra sendiri melainkan desakan orang tua, karena orang tuanya
ingin Citra jauh dari Rendi.
Pada akhirnya Citrapun meneruskan
sekolah ke Yogyakarta di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Walaupun jauh,
tidak menyurutkan mereka menjalin berhubungan, asmara mereka terus terjalin
walaupun harus dengan jarak jauh atau bisa dikatakan Long Distance Relationship
(LDR). Setiap seminggu sekali Rendi mengirim surat ke Yogyakarta, Citrapun
selalu membalas surat yang Rendi kirimkan.
Rendi sangat setia sekali menunggu
Citra, namun apa yang terjadi sungguh membuat laki – laki ini hancur perasaan
nya bagaikan kota hirosima dan Nagasaki di bom oleh sekutu.
Ternyata pergaulan di dunia kampus
membuat Citra berubah. Biasa seminggu sekali citra membalas surat Rendi, karena
kesibukan dengan teman – teman kampus dan lainnya Citra hanya dapat membalas
surat dalam waktu sebulah hanya satu kali. Walaupun demikian, Rendi selalu
husnudon (berbaik sangka) kepada kekasinya itu, rendi berpikir mungkin Citra
banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan karena pelarannya beda dengan
ditingkat SMA.
Dalam sebulan Rendi seperti biasa
mengirimkan surat sebanyak empat kali, namun Citra hanya membalas satu kali. Ada
apa dengan Citra, pasti semua orang bertanya seperti itu, karena mereka yang
selalu romants dan selalu saling setia tiba – tiba berubah dari salah satu
pasangan. Akhirnya Rendi mulai berpikir ada apa dengan pasangannya ini, rendi
menanyakan dalam suratnya.
“Kenapa saying? Kamu sibuk yah, ko Cuma
balas satu kali, biasanya setiap aku kirim surat kamu selalu membalasnya dengan
cepat,” kata Rendi dalam suratnya.
Setelah sebulan, Citrapun membalas
surat tercebut, isi dalam surat itu mengatakan, “Iyah saying aku sibuk, tau
sendirikan kalo kuliah itu banyak tugas, belum lagi harus nyari buku sendiri ke
perpustakaan. Terus udah dapet, harus di resum lagi, pokonya cape deh, maaf yah
saying,” ungkap Citra dalam surat nya.
Dengan jawaban tersebut Rendi
akhirnya mengerti apa yang dilakukan Citra selama kuliah di Yogyakarta. Padahal
pada kenyataannya Citra tidak sesibuk itu, namun ada hal lain yang membuat
Citra berubah…lanjut di Part II
No comments:
Write comments