Kelayakan hidup adalah sebuah keinginan dari setiap
insan manusia. Tidak sedikit orang yang berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan
agar hidup lebih layak. Jangankan waktu, nyawapun mereka korbankan demi
kelayakan hidup keluarga. Bagaimana dengan mereka yang hidup di tumpukan sampah
?
Mereka bukan tidak ingin hidup layak seperti kita,
turun naik mobil dan motor yang mewah, namun apadaya tangan taksampai. Lantas siapa
yang perduli dengan kondisi mereka?
Seperti dilansir
dari hepwee.com - Setiap hari, tiap
orang menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik. Secara terus menerus,
jumlah sampah pun kian meningkat tanpa disadari. Lalu, ke mana perginya sampah
tersebut?
Bagi kamu yang
berada di Jabodetabek, sampahmu akan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Bantargebang, Bekasi. Total 9000 ton sampah masuk ke sana setiap hari. Andai
satu gajah beratnya 2 ton, maka sampah masuk ke Bantargebang besarnya seperti
4.500 gajah setiap harinya. Banyak banget ‘kan? Gimana kalau sebulan, setahun atau
malah bertahun-tahun?
Namun, adanya sampah juga jadi berkah tersendiri
buat para pemulung dan pengepul sampah. Mereka bekerja mengais sampah setiap
harinya. Tempat tinggalnya pun juga di Bantargebang.
Ada 3.000 keluarga
yang berada di gunung sampah terbesar di Asia Tenggara ini. Bukan tempat yang
ideal untuk tempat pertumbuhan anak ‘kan? Miris, ada ratusan anak yang hidup di
tempat yang sangat tidak layak ini…
Kehidupan anak-anak di TPA Bantargebang tentu harus jadi
perhatian kita bersama. Jangan sampai masa depan mereka ikut hilang dalsm
tumpukan sampah. Ingat sampah itu dari Jakarta, dari kamu-kamu semua. (klik/K)
No comments:
Write comments