Klikduluah - Wacana pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Palangkaraya membuat Wakil Presiden JK berbicara. Kata dia, pemindahan ibu kota tersebut bukan sebuah solusi untuk atasi masalah.
Seperti dilansir dari Liputan6.com - Wacana pemindahan ibu kota dari
Jakarta ke wilayah lain, salah satunya Palangkaraya di Kalimantan
Tengah, terus bergulir. Pemerataan perekonomian dari Jawa ke luar Jawa,
banjir, dan kemacetan, menjadi beberapa pertimbangan perlunya
memindahkan ibu kota yang kini tengah dikaji Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas).
Bappenas pernah menyebut salah satu indikator pindahnya Ibu Kota
ialah Jakarta saat ini sudah macet parah. Selain itu, muka tanah juga
terus mengalami penurunan.
Baca Juga
Wakil Presiden Jusuf Kalla atau akrab disapa JK mengatakan, jika
alasannya dipindah karena macet, sebaiknya diurungkan niat tersebut.
Karena menurut dia, itu tidak tepat.
"Jangan karena alasannya macet itu kita mau pindah, jangan. Kalau
macet ya selesaikan macetnya, bukan selesaikan ibu kotanya," kata JK di
Istana Wapres, Jakarta, Jumat (7/7/2017).
Dia mengatakan, seharusnya segera mempercepat pembangunan MRT dan
LRT. Selain itu juga, harus segera perbanyak kendaraan umum massal yang
memadai.
"Perbaiki dan percepat MRT, LRT, percepat bus (angkutan umum)," kata JK.
Dia menuturkan, jika masalah karena banjir. Juga harus dicari
solusinya. Dengan pindah, tanpa memperbaiki maka Jakarta akan tetap
banjir.
"Kalau banjir ya perbaiki drainase. Karena kalau pindah pun pasti
tetap banjir juga, kalau kita tidak perbaiki drainase dengan cepat,"
ungkap JK.
Butuh 10 Tahun
JK menyatakan tak mudah memindahkan ibu kota. Bahkan dia menyebut butuh waktu 10 tahun lebih.
"Wah itu butuh persiapan. Negara-negara lain itu butuh persiapan
lama. 10 tahun persiapannya. Karena kita tidak bisa pindah sebelum semua
lengkap. Tidak mungkin hanya 2 departemen saja yang pindah ke sana, ke
Kalimantan. Enggak mungkin lah. Mesti lengkap betul, baru pindah. Karena
saling berhubungan pemerintah ini," kata JK.
Dia menyebut DPR juga harus ikut pindah, kalau memang ibu kota jadi
digeser. Pasalnya bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik, jika saling
berjauhan.
"DPR mesti pindah. Karena bagaimana kalau tidak pindah? Kalau ada
jajak pendapat, hiring (Rapat Dengar Pendapat) dengan DPR, menterinya
ada di sana bagaimana? Jadi mesti lengkap, baru bisa pindah," tegas JK.
Karena itu, dia kembali menegaskan, butuh waktu lama untuk memindahkan ibu kota. Bahkan dirinya menuturkan, jika Indonesia mencontoh bagaimana Malaysia, justru bisa lebih mudah.
"Malaysia hanya pindah 30 Kilo (KM) dari ibu kota. Tapi yang pindah
hanya kantor Kementerian. DPR tetap di Kuala Lumpur, Angkatan Bersenjata
di Kuala Lumpur. Yang lain-lain, Mahkamah Agung tetap di Kuala Lumpur.
Hanya Perdana Menteri dan Menteri-menterinya saja. Nah itu jauh lebih
mudah," JK memungkas. (klk/k)
No comments:
Write comments